0

PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT

Share this Article on :


PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT

Pertentangan Sosial

Pertentangan sosial mempunyai arti yaitu sebuah konflik yang biasanya akan timbul akibat faktor – faktor sosial yang biasanya didasari oleh kesalah pahaman. Pertentangan sosial ini menjadi salah satu akibat dari adanya perbedaan – perbedaan norma yang menyimpang di kehidupan masyarakat.
Pertentangan sosial dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari, seperti adanya tawuran antar sekolah, kekerasan yang marak terjadi dalam sebuah rumah tangga, peperangan antar suku satu dan suku. Semua contoh itu hanya ingin memuaskan keegoisan semata oleh masing-masing yang ingin memenangkan dirinya sendiri.
Adapun faktor penyebab muncul pertentangan sosial, seperti :
a.       Mempunyai rasa iri yang tinggi
b.      Terdapat adu domba atau pihak provokator (biasanya terdapat didalam politik dan agama)
c.       Adanya rasa tidak puas akan sesuatu tindakan orang lain yang menyangkut dengan pendapat sendiri
Faktor tersebut dapat dihindari dengan saling terbuka, saling pengertian terhadap sesama, lebih jujur dan bersikap adil, dan lebih menghargai sesama.

Integrasi Sosial
Integrasi adalah sebuah sistem yang mengalami pembauran hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. Kata Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang mempunyai arti kesempurnaan atau keseluruhan. Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Contoh dari integrasi sosial yaitu Saling menghormati antar sesama , saling toleransi antar agama dalam masyasrakat, saling memahami Kebutuhan Sosial, dan tidak mengutamakan egonya. 
Di dalam Integrasi ada 2 pengertian, yaitu :
1.        Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
  1. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
1.        Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
  1. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial
Bentuk integrasi sosial, antara lain:
  • Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai ciri budaya asli.
  • Akulturasi, yaitu penerimaan kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.
Selain bentuk integrasi sosial, adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong adanya integrasi sosial, yaitu :
A. Faktor Internal 
  • Kesadaran diri sebagai makhluk sosial
  • Tuntutan kebutuhan
  • Jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor Eksternal 
  • Tuntutan perkembangan zaman
  • Persamaan kebudayaan
  • Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
  • Persaman visi, misi, dan tujuan
  • Sikap toleransi
  • Adanya konsensus nilai
  • Adanya tantangan dari luar
C. Homogenitas Kelompok
Dalam masyarakat yang kemajemukannya rendah, integrasi sosial akan mudah dicapai
D. Besar Kecilnya Kelompok
Dalam kelompok kecil integrasinya lebih mudah.
E. Mobilitas Geografis
Adaptasi sangat diperlukan mempercepat integrasi.
F. Efektivitas Komunikasi
Komunikasi yang efektif akan mempercepat integrasi.
G. Integrasi antara dua hati

Pertentangan sosial atau biasa disebut konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Konflik dilatarbelakangi dengan adanya  perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Seperti menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli :
Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977)
Konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Gibson, et al (1997: 437)
Hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
Adapun penyebab terjadinya konflik, yaitu :
1.    Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari seorang individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan seperti ini bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka individu tersebut akan merasa puas dan sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi lingkungannya Oleh karena itu, individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohaninya.
Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan pada setiap individu, seperti:

1. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelompoknya.
7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.

 Dalam hal diatas menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan suatu konflik. Hal mendasar yang dapat menimbulkan suatu konflik adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan.

2. Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
-  Prasangka
Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok. Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial.
Menurut beberapa ahli, prasangka yaitu :
Mar’at (1981)
Prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yangmemiliki nilai positif atau negatif, tetapi biasanya lebih bersifat negatif.
Brehm dan Kassin (1993)
Prasangka sosial adalah perasaan negatif terhadap seseorang semata-mata berdasar pada keanggotaan mereka dalam kelompok tertentu.
Prasangka dapat merugikan pertumbuh-kembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, dimana setiap orang memilikinya. Melalui proses belajar dan semakin dewasanya manusia, membuat sikap yang cenderung membeda-bedakan dan sikap tersebut menjurus kepada prasangka.
Diskriminasi yaitu merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Prasangka dan diskriminasi saling berhubungan. Apabila individu mempunyai prasangka dan biasanya bersifat diskriminatif terhadap ras yang diprasangka. Jika prasangka disertai dengan agresivitas dan rasa permusuhan, biasanya orang yang bersangkutan mencoba mendiskiminasikan pihak-pihak lain yang belum tentu salah, dan akhirnya dibarengi dengan sifat Justifikasi diri, yaitu pembenaran diri terhadap semua tingkah laku diri.
Usaha mengurangi atau menghilangkan prasangka dan diskriminasi yaitu dapat dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial dan ekonomi, pemerataan pembangunan, usaha peningkatan pendapatan bagi WNI yang masih di bawah garis kemiskinan, perluasan kesempatan belajar, dan sikap saling terbuka.

-  Etnosentrisme
Penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai dan standar budaya sendiri. Orang-orang etnosentris menilai kelompok lain relatif terhadap kelompok atau kebudayaannya sendiri, khususnya bila berkaitan dengan bahasa, perilaku, kebiasaan, dan agama. Etnosentrisme mungkin tampak atau tidak tampak, dan meski dianggap sebagai kecenderungan alamiah dari psikologi manusia, etnosentrisme memiliki konotasi negatif di dalam masyarakat

Golongan – Golongan yang Berbeda
   Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan oleh Negara Indonesia.
Aspek-aspek dari kemasyarakatan yaitu :
1.Suku bangsa dan kebudayaannya.
2.Agama
3.Bahasa
4. Nasional Indonesia.
Sesama bangsa Indonesia diharuskan untuk menjunjung tinggi nilai dan kesatuan Bangsa Indonesia seperti bhinneka tunggal ika yang memiliki arti “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Kata berbeda-beda itu memiliki arti dalam berbeda pendapat, ras, agama dan lain-lain. Oleh karena itu, sebaiknya jika kita mempunyai suatu masalah atau perbedaan pendapat sebaiknya saling menghargai. Sesuatu akan terasa lebih baik jika di dasari dengan perdamaian. Untuk itu, sangat perlu ditanamkan jiwa cinta damai dan penuh kasih diantara masyarakat, sehingga Bangsa dapat damai dan rakyat dapat hidup dengan rukun.



Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar