PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
Pertentangan Sosial
Pertentangan sosial mempunyai arti
yaitu sebuah konflik yang biasanya akan timbul akibat faktor – faktor sosial
yang biasanya didasari oleh kesalah pahaman. Pertentangan sosial ini menjadi
salah satu akibat dari adanya perbedaan – perbedaan norma yang menyimpang di
kehidupan masyarakat.
Pertentangan sosial dapat dilihat
dari kehidupan sehari-hari, seperti adanya tawuran antar sekolah, kekerasan
yang marak terjadi dalam sebuah rumah tangga, peperangan antar suku satu dan
suku. Semua contoh itu hanya ingin memuaskan keegoisan semata oleh
masing-masing yang ingin memenangkan dirinya sendiri.
Adapun faktor penyebab muncul
pertentangan sosial, seperti :
a.
Mempunyai rasa iri yang tinggi
b.
Terdapat adu domba atau pihak
provokator (biasanya terdapat didalam politik dan agama)
c.
Adanya rasa tidak puas akan
sesuatu tindakan orang lain yang menyangkut dengan pendapat sendiri
Faktor tersebut dapat dihindari
dengan saling terbuka, saling pengertian terhadap sesama, lebih jujur dan
bersikap adil, dan lebih menghargai sesama.
Integrasi Sosial
Integrasi adalah sebuah
sistem yang mengalami pembauran hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. Kata
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration”
yang mempunyai arti kesempurnaan atau keseluruhan. Sedangkan yang disebut integrasi
sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain
itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Contoh dari integrasi sosial
yaitu Saling menghormati antar sesama , saling
toleransi antar agama dalam masyasrakat, saling memahami Kebutuhan Sosial, dan
tidak mengutamakan egonya.
Di dalam Integrasi ada 2 pengertian, yaitu :
- Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut :
1.
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian
besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat
fundamental (mendasar)
- Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat
terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara
berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar
masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai,
norma-norma, dan pranata-pranata
sosial
Bentuk integrasi sosial, antara lain:
- Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai ciri budaya asli.
- Akulturasi, yaitu penerimaan kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.
Selain bentuk integrasi sosial, adapun faktor-faktor yang
menjadi pendorong adanya integrasi sosial, yaitu :
A. Faktor Internal
- Kesadaran diri sebagai makhluk sosial
- Tuntutan kebutuhan
- Jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor Eksternal
- Tuntutan perkembangan zaman
- Persamaan kebudayaan
- Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
- Persaman visi, misi, dan tujuan
- Sikap toleransi
- Adanya konsensus nilai
- Adanya tantangan dari luar
C. Homogenitas Kelompok
Dalam masyarakat yang kemajemukannya
rendah, integrasi sosial akan mudah dicapai
D. Besar Kecilnya Kelompok
Dalam kelompok kecil integrasinya
lebih mudah.
E. Mobilitas Geografis
Adaptasi sangat diperlukan
mempercepat integrasi.
F. Efektivitas Komunikasi
Komunikasi yang efektif akan
mempercepat integrasi.
G. Integrasi antara dua hati
Pertentangan
sosial atau biasa disebut konflik adalah
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana
salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Konflik
berasal dari kata kerja Latin configere yang
berarti saling memukul.
Konflik
dilatarbelakangi dengan adanya perbedaan
ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Seperti
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya.
Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan
Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol
akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik.
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli :
Taquiri dalam
Newstorm dan Davis (1977)
Konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih
pihak secara berterusan.
Gibson, et
al (1997: 437)
Hubungan selain dapat menciptakan
kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini
terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau
tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
Adapun penyebab terjadinya konflik, yaitu :
1.
Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari
timbulnya tingkah laku dari seorang individu. Individu bertingkah laku karena
adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan seperti ini bersifat esensial bagi
kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika individu berhasil memenuhi
kepentingannya, maka individu tersebut akan merasa puas dan sebaliknya bila
gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi lingkungannya Oleh
karena itu, individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis
dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohaninya.
Dengan itu, maka akan muncul
perbedaan kepentingan pada setiap individu, seperti:
1.
Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2.
Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3.
Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4.
Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5.
Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
6.
Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelompoknya.
7. Kepentingan
individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8.
Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Dalam hal diatas menunjukkan
ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan
melahirkan suatu konflik. Hal mendasar yang dapat menimbulkan suatu konflik
adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan.
2. Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
- Prasangka
Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang
mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan pada keterbatasan atau
kesalahan informasi tentang kelompok. Prasangka juga dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali
menjadi motivator munculnya ledakan sosial.
Menurut beberapa ahli, prasangka yaitu :
Mar’at (1981)
Prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yangmemiliki nilai positif
atau negatif, tetapi biasanya lebih bersifat negatif.
Brehm dan Kassin (1993)
Prasangka sosial adalah perasaan negatif terhadap seseorang
semata-mata berdasar pada keanggotaan mereka dalam kelompok tertentu.
Prasangka dapat merugikan
pertumbuh-kembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Prasangka mempunyai dasar
pribadi, dimana setiap orang memilikinya. Melalui proses belajar dan semakin
dewasanya manusia, membuat sikap yang cenderung membeda-bedakan dan sikap
tersebut menjurus kepada prasangka.
Diskriminasi yaitu
merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana
layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu
tersebut.
Prasangka dan
diskriminasi saling berhubungan. Apabila individu mempunyai prasangka dan biasanya bersifat
diskriminatif terhadap ras yang diprasangka. Jika prasangka disertai dengan
agresivitas dan rasa permusuhan, biasanya orang yang bersangkutan mencoba
mendiskiminasikan pihak-pihak lain yang belum tentu salah, dan akhirnya
dibarengi dengan sifat Justifikasi diri, yaitu pembenaran diri terhadap
semua tingkah laku diri.
Usaha
mengurangi atau menghilangkan prasangka dan diskriminasi yaitu dapat dilakukan
dengan perbaikan kondisi sosial dan ekonomi, pemerataan pembangunan, usaha
peningkatan pendapatan bagi WNI yang masih di bawah garis kemiskinan, perluasan
kesempatan belajar, dan sikap saling terbuka.
-
Etnosentrisme
Penilaian
terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai dan standar budaya sendiri.
Orang-orang etnosentris menilai kelompok lain relatif terhadap kelompok atau
kebudayaannya sendiri, khususnya bila berkaitan dengan bahasa, perilaku,
kebiasaan, dan agama. Etnosentrisme mungkin
tampak atau tidak tampak, dan meski dianggap sebagai kecenderungan alamiah dari
psikologi manusia, etnosentrisme memiliki konotasi negatif di dalam masyarakat
Golongan – Golongan yang Berbeda
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan oleh Negara Indonesia.
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan oleh Negara Indonesia.
Aspek-aspek
dari kemasyarakatan yaitu :
1.Suku bangsa dan kebudayaannya.
2.Agama
3.Bahasa
4. Nasional Indonesia.
1.Suku bangsa dan kebudayaannya.
2.Agama
3.Bahasa
4. Nasional Indonesia.
Sesama bangsa Indonesia diharuskan
untuk menjunjung tinggi nilai dan kesatuan Bangsa Indonesia seperti bhinneka
tunggal ika yang memiliki arti “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Kata
berbeda-beda itu memiliki arti dalam berbeda pendapat, ras, agama dan
lain-lain. Oleh karena itu, sebaiknya jika kita mempunyai suatu masalah atau
perbedaan pendapat sebaiknya saling menghargai. Sesuatu akan terasa lebih baik
jika di dasari dengan perdamaian. Untuk itu, sangat perlu ditanamkan jiwa cinta
damai dan penuh kasih diantara masyarakat, sehingga Bangsa dapat damai dan
rakyat dapat hidup dengan rukun.
0 komentar:
Posting Komentar